PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR
GENERATOR
Lodien Hutapea
5103331020
Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan
Abstrak
Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui
pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan
fasa. Arus gangguan semacam ini berbahaya bagi peralatan karena nilainya sangat
besar dan dapat merusak isolasi peralatan tersebut. Arus gangguan hubung
singkat ke tanah harus dapat dideteksi dan kemudian diisolir agar tidak
mengalir ke peralatan sistem tenaga listrik.
A. PENDAHULUAN
Metode pembumian suatu generator menentukan
jenis proteksi gangguan tanah yang akan diterapkan. Faktor kuncinya adalah arus
gangguan tanah yang muncul pada sistem tersebut. arus ini dapat bervariasi dari
beberapa ampere sampai sebesar arus gangguan tiga fasa.
1.
Sistem
yang tidak dibumikan Suatu sistem dikatakan tidak dibumikan apabila tidak
terdapat hubungan fisik antara netral dan tanah. Hanya terdapat kapasitansi
dari sistem tersebut ke tanah. Kapasitansi terbesar adalah kapasitansi yang
berasal dari belitan stator generator.
Gambar 1
Generator yang tidak dibumikan
Jika kapasitansi pada tiap fasa ke tanah sama besarnya, maka tegangan
fasa ke netral pada keadaan normal akan muncul pada tiap fasa dan tanah seperti
Gambar 3.5(a). Arus hubung singkat fasa ke tanah pada sistem yang tidak
dibumikan adalah fungsi dari kapasitansi shunt ke tanah dan biasanya bernilai
kurang dari 10 A.
Gambar 2 Arus
pengisian kapasitansi ke tanah pada sistem yang tidak dibumikan
Gambar 3
Tegangan kapasitansi tiap fasa ke tanah
Pada keadaan normal, arus pengisian pada
tiap fasa adalah:
Jika terjadi hubung singkat satu fasa
ke tanah, tegangan sistem akan berubah dan tegangan antara fasa yang sehat
dengan tanah akan meningkat menjadi tegangan fasa – fasa. Hal ini menyebabkan
naiknya arus pengisian pada masing - masing fasa yang sehat sebesar . arus gangguan tanah (Icf)
merupakan penjumlahan dari arus pengisian pada fasa yang sehat (Ib dan Ic). Arus pada fasa yang sehat menjadi:
Arus gangguan tanah menjadi tiga kali
arus pengisian kapasitansi, seperti persamaan berikut:
2.
Pembumian
langsung
Pada sistem pembumian langsung, tidak
ada impedansi yang dihubungkan secara sengaja antara titik netral generator
dengan tanah. Setiap terjadi gangguan hubung singkat selalu mengakibatkan
terputusnya saluran. Arus gangguan sangat besar sehingga berbahaya bagi
peralatan. Pada metode ini, arus gangguan tanah dapat mencapai nilai arus
gangguan tiga fasanya.
Pembumian langsung pada generator
hanya dapat dilakukan jika reaktansi urutan nol (X0) generator cukup besar. Reaktansi ini berguna untuk
membatasi arus gangguan tanah agar lebih kecil dari arus gangguan tiga fasa.
Metode ini hanya dapat diterapkan pada generator yang didesain khusus agar
tahan terhadap arus gangguan yang tinggi.
3.
Pembumian
melalui tahanan tinggi Tahanan tinggi dihubungkan antara titik netral generator
dengan tanah. Terkadang, tahanan rendah dihubungkan pada belitan sekunder
transformator satu fasa (transformator distribusi) atau pada pembumian netral
transformator. Metode ini membatasi arus gangguan tanah sebesar 5-10 A.
Karakteristik pembumian tahanan
tinggi adalah :
a. Tidak terjadi pemutusan pada gangguan tanah yang pertama (kontinuitas
pelayanan baik),
b. Tidak berbahaya bagi manusia yang berada dekat titik gangguan,
c. Memperkecil resiko kerusakan pada peralatan,
d. Memperkecil tegangan lebih
transient akibat gangguan busur tanah.
4.
Pembumian
melalui transformator distribusi
Pembumian melalui transformator
distribusi adalah cara yang paling sering digunakan untuk pembumian impedansi
tinggi. Pada Gambar (3.4) ditunjukkan skema pembumian menggunakan transformator
distribusi. Tahanan yang dilihat pada netral generator sama dengan nilai ohmic
dari resistor sekunder dikali dengan akar dari turn rasio transformator.
Rangkaian yang ekivalen juga dapat diperoleh dengan memasang sebuah resistor
langsung antara netral dan tanah. Kelebihan penggunaan transformator distribusi
ini adalah menghindari pemakaian resistor tegangan tinggi yang relatif mahal.
Gambar 4
Pembumian dengan transformator distribusi
Belitan primer transformator harus
mempunyai rating tegangan yang sama atau lebih besar dari tegangan fasa-netral
generator. Belitan sekunder transformator pembumian biasanya mempunyai tegangan
sekunder 120 V atau 240 V. Transformator pembumian harus mempunyai ketahanan
terhadap tegangan lebih untuk menghindari saturasi jika generator bekerja pada
tegangan yang lebih tinggi dari rating tegangannya. Resistor yang dihubungkan
pada belitan sekunder harus dipilih sedemikian rupa agar arus gangguan tanah (If) yang datang dari transformator distribusi sama atau lebih
besar dari arus gangguan tanah yang datang dari kapasitansi shunt sistem (Icf). Biasanya arus dari transformator distribusi di atur agar
sama dengan arus kapasitansi shunt sistem.
Arus gangguan yang mengalir melalui
kapasitansi shunt (Icf) adalah :
Arus gangguan yang melalui resistor
transformator distribusi adalah :
Dengan :
Nilai ohmic dari resistor agar
memenuhi syarat Icf = Ir adalah :
Jika resitor yang dipilih memenuhi
spesifikasi ini, maka arus gangguan yang muncul biasanya akan bernilai 5 – 15
A.
5.
Pembumian
melalui kumparan peterson
Metode ini mempunyai skema yang sama
dengan pembumian dengan tahanan tinggi, kecuali reaktor yang dapat diatur
nilainya yang dipasang pada sekunder trafo.
6.
Pembumian
melalui tahanan rendah
Titik netral generator dihubungkan ke
tanah melalui sebuah tahanan yang berfungsi untuk membatasi arus gangguan tanah
sampai beberapa ratus ampere (200-600 A). Arus gangguan ini sangat besar dan
dapat merusak stator, namun pada saat yang sama, arus ini cukup besar sehingga
dapat dirasakan oleh rele sehingga didapat sistem proteksi yang handal dan
selektif. Sistem pembumian melalui tahanan rendah jarang digunakan sekarang
karena besarnya resiko kebakaran stator generator akibat besarnya arus yang
mengalir saat gangguan. Namun, sistem pembumian ini paling sering digunakan
untuk industri yang menggunakan tegangan menengah. Karakteristik pembumian
melalui tahanan rendah adalah :
a. Pemutusan akibat gangguan dapat dilakukan,
b. Memperkecil tegangan lebih transient akibat gangguan busur tanah,
c. Memperkecil kerusakan pada titik
gangguan.
II. GANGGUAN TANAH PADA STATOR
Gangguan hubung singkat ke tanah
merupakan gangguan yang umum terjadi pada suatu generator. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh penuaan isolasi pada belitan karena pengaruh lingkungan seperti
kelembapan, minyak yang bercampur dengan debu yang terdapat pada permukaan luar
slot stator. Hal ini dapat menyebabkan peluahan pada bagian ujung belitan sehingga
terhubung ke tanah. Jenis gangguan yang mungkin terjadi adalah :
a. Hubung singkat fasa ke tanah
b. Hubung singkat fasa ke fasa
c. Hubung singkat inter turn
Arus gangguan hubung singkat fasa ke
tanah diminimalisasi oleh tahanan pembumian generator tersebut. Di antara
ketiga jenis gangguan di atas, gangguan yang mempunyai kemungkinan muncul
terbesar adalah gangguan fasa ke tanah. Isolasi diantara dua fasa minimal dua
kali lebih tebal daripada isolasi antara belitan ke inti besi, sehingga kemungkinan
terjadinya hubung singkat antar fasa sangat kecil. Gangguan interturn muncul
karena adanya arus surja. Namun gelombang surja ini telah dipotong di lightning
arrester sebelum mencapai generator. Generator harus diproteksi dari
gangguan hubung tanah stator karena dua hal yaitu :
1)
Sebagai
sebuah gangguan tentunya fenomena tersebut merupakan kondisi tidak normal dalam
kinerja mesin yang menyebabkan hal – hal yang tidak diinginkan dalam besaran
tegangan, arus, osilasi, dan kerusakan.
2)
Gangguan
tanah yang tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik dapat berkembang
menjadi gangguan fasa ke fasa atau menjadi gangguan antar lilitan. Gangguan
fasa ke fasa terjadi jika gangguan fasa ke tanah yang lain terjadi. Dan
gangguan ini akan menimbulkan arus hubung singkat yang besar dapat merusak
generator.
Terdapat dua kemungkinan pada
generator apabila terjadi gangguan pada stator, yaitu :
1. Terjadi gangguan satu
fasa ke tanah pada stator
2. Setelah
hubung singkat ke tanah yang pertama terjadi, kemudian muncul hubung singkat
kedua pada fasa yang sama atau berbeda dan akhirnya menimbulkan hubung singkat
antara dua titik pada belitan stator.
Tegangan lebih akibat ganguan Pada sistem yang tidak dibumikan,
arus gangguan tanah sangat kecil. Arus ini hanya mengalir melalui kapasitansi
sistem ke tanah sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan. Namun, sistem yang
tidak dibumikan tidak dapat diterapkan karena kapasitansi tersebut dapat
menimbulkan kerusakan akibat adanya tegangan lebih.
Syarat utama dari suatu sistem pembumian
adalah untuk membatasi tegangan lebih yang muncul pada saat gangguan agar tidak
merusak peralatan. Tegangan lebih yang terjadi dapat berupa keadaan steady
state dan transient. Tegangan lebih steady state disebabkan
oleh gangguan hubung singkat ke tanah. Sedangkan tegangan lebih transient disebabkan
oleh arcing ground. Besar tegangan lebih yang terjadi tergantung dari
impedansi ke tanah. Jika netral generator dibumikan secara langsung, impedansi
yang rendah akan mengakibatkan arus gangguan yang sangat besar. Namun sistem
ini dapat mencegah terjadinya tegangan lebih yang terlalu besar. Impedansi
tambahan pada sistem pembumian akan membatasi arus gangguan, namun juga harus
mempertimbangkan tegangan lebih yang mungkin muncul sehingga tidak membahayakan
peralatan. Tegangan lebih steady state akan muncul pada fasa yang tidak
terganggu saat terjadi gangguan tanah. Tegangan pada fasa yang sehat merupakan
gabungan dari tegangan fasa dan pergeseran titik netral.
Gambar 5
Tegangan pada saat terjadi gangguan
Gambar 5(a) menunjukkan tegangan fasa
ke tanah pada saat kondisi normal. Pada sistem yang tidak dibumikan dan
dibumikan melalui impedansi tinggi, pergeseran titik netral akibat gangguan
hampir sama dengan tegangan fasa yang terganggu seperti ditunjukkan pada Gambar
5(b). Dan Gambar 5(c) menunjukkan tegangan lebih yang rendah dan hanya sedikit
pergeseran pada titik netral. Hal ini terjadi pada sistem yang dibumikan
melalui impedansi rendah. Kerusakan inti akibat hubung singkat ke tanah Hubung
singkat ke tanah pada belitan stator merupakan salah satu perhatian utama pada
proteksi generator. Gangguan tanah pada stator mengakibatkan perlunya
pergantian kumparan yang rusak, dan hal ini membutuhkan biaya yang besar. Jika
terjadi busur api pada titik gangguan maka akan mengakibatkan kebakaran yang
serius pada laminasi inti stator. Rusaknya isolasi akan mengakibatkan hubung
singkat antar laminasi dan arus yang terjadi akan mengakibatkan pemanasan lokal
pada titik gangguan selama operasi normal. Dan akan diikuti oleh kerusakan
lainnya, sehingga akan berakhir dengan kegagalan seluruh isolasi stator. Biaya
perbaikan akan semakin mahal dan membutuhkan waktu yang semakin lama. Gangguan
ini terjadi akibat kegagalan isolasi akibat penuaan dan gangguan mekanis
seperti getaran. Gangguan tanah yang terjadi terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Arus gangguan mengalir dari kumparan yang terganggu
ke inti melalui kontak langsung atau melalui isolasi yang mengalami kerusakan.
2. Arus gangguan mengalir melalui busur gangguan.
III. Proteksi Gangguan Hubung Singkat
ke Tanah
Ketika gangguan tanah muncul pada
sebuah generator, sistem proteksi harus dapat mendeteksi gangguan tersebut dan
generator harus segera dimatikan. Namun, sistem proteksi internal ini harus
dikoordinasikan dengan sistem proteksi di dekatnya. Jika gangguan tanah muncul
di luar generator, sistem proteksi internal tidak boleh bekerja. Sistem
proteksi gangguan hubung tanah generator berkaitan langsung dengan sistem
pembumian yang dipakai generator tersebut. Jadi metode yang digunakan juga
bermacam – macam tergantung dari jenis pembumiannya. Pada metode pembumian
dengan tahanan tinggi, rele yang dipakai adalah yang mempunyai sensitivitas
tinggi dan waktu operasi yang lambat, karena arus gangguan cukup kecil sehingga
tidak membahayakan bagi generator. Pada pembumian dengan tahanan rendah, rele
yang digunakan harus mempunyai waktu operasi yang cepat dan tidak perlu terlalu
sensitif, karena arus gangguan sangat besar dan membahayakan bagi generator.
1.
Metode
Proteksi Tegangan Lebih Netral
Metode ini biasanya dipakai pada
sistem pembumian tahanan tinggi. Proteksi dapat diperoleh dengan menghubungkan
rele tegangan lebih waktu terbalik yang sensitif pada resistor atau reaktor
pembumian di sekunder transformator distribusi. Rele ini merasakan tegangan Vo. Ketika hubung singkat ke tanah muncul, tegangan fasa –
netral generator akan terasa pada primer trafo distribusi. Tegangan pada rele
adalah fungsi dari turn ratio transformator dan tegangan maksimum akan
dirasakan rele jika gangguan terjadi di terminal generator. Untuk gangguan di
belitan stator, tegangan pada rele akan semakin kecil jika gangguan makin dekat
ke netral. Pada pembumian tahanan tinggi, setting tegangan untuk rele 59GN
adalah 6 V untuk tegangan sekunder trafo sebesar 120 V (dan 12 V untuk tegangan
sekunder trafo sebesar 240 V). Misal belitan primer transformator distribusi
mempunyi rating yang sama dengan tegangan fasa – netral generator dan tegangan
belitan sekundernya 120 V. Rele akan mendeteksi tegangan sebesar 120 V jika
gangguan terjadi pada terminal generator. Distribusi tegangan sepanjang belitan
stator adalah linear, sehingga rele yang diset pada tegangan 6 V tidak dapat
merasakan 6V/120V atau 5% bagian ujung netral generator.
Gambar 6
Metode proteksi tegangan lebih netral generator
2.
Skema
Proteksi Tegangan Lebih Delta Terbuka
Skema proteksi ini dibuat dengan
menghubungkan rele 59GN pada resistor pembumian di dalam rangkaian delta
terbuka. Tegangan pada rele adalah 3V0.
Prinsip kerjanya hampir sama dengan menggunakan trafo distribusi. Sistem ini
dapat digunakan sebagai proteksi alternatif atau cadangan dari proteksi utama
di atas.
Gambar 7
Skema proteksi tegangan lebih delta terbuka
Rangkaian delta terbuka menyebabkan
adanya penjumlahan vektor tegangan fasa pada rele 59GN dan nilainya ekuivalen
dengan 3V0.
3.
Proteksi
Tegangan Lebih Rangkaian Urutan Nol
Proteksi stator yang paling
konvensional dan umum digunakan adalah dengan menggunakan metode tegangan lebih
rangkaian urutan nol. Metode ini cocok digunakan pada generator yang mempunyai
sistem pentanahan dengan tahanan tinggi. Metode ini menggunakan rele arus lebih
yang mempunyai tundaan waktu dan bekerja pada frekuensi nominal. Rele ini tidak
sensitif terhadap tegangan harmonisa ketiga yang ada pada netral generator.
Metode ini mampu mendeteksi gangguan
sampai 2-5% bagian stator yang paling dekat ke netral. Sebuah rele arus lebih
waktu dapat digunakan sebagai proteksi cadangan.
Gambar 8.
Proteksi tegangan lebih rangkaian urutan nol
4.
Skema
Proteksi Arus Lebih
Skema ini dapat diterapkan pada
sistem yang dibumikan melalui tahanan tinggi. Rasio fasa CT dipilih berdasarkan
arus beban penuh generator, arus ini cukup besar jika dibandingkan dengan arus
gangguan tanah. Arus gangguan tanah pada sistem pembumian tahanan tinggi hanya
berkisar antara 5-10 A. Arus yang mengalir pada sekunder CT hanya bernilai
beberapa milli ampere. Rele harus disetting agar dapat bekerja pada arus
sekecil ini. Agar didapat sensitivitas untuk arus yang kecil, digunakan tiga
jenis rangkaian proteksi seperti pada Gambar (3.9) . Gambar 3.9(a) menunjukkan
pemakaian window CT untuk menyuplai rele. Pada aplikasi ini, keseluruhan
konduktor tiga fasa dilewatkan melalui sebuah CT, sehingga fluks yang
dihasilkan oleh arus pada tiap penghantar terakumulasi pada inti CT. Arus pada
sekunder CT menjadi sebesar 3I0. Karena window
CT tidak melewatkan arus yang seimbang, pemilihan rasio CT tidak tergantung
kepada beban. Biasanya rasio yang dipakai adalah 50/5. Skema pada Gambar 3.9(b)
dapt digunakan sebagai cadangan untuk rele 59GN. Rasio CT dipilih agar arus
yang mengalir pada rele sesuai. Pada sistem yang dibumikan melalui tahanan
tinggi, arus rele dapat dipilih kira – kira sebesar arus gangguan.
Gambar 9
Metode arus lebih tanah
5.
Proteksi
Sistem Pembumian Melalui Tahanan rendah
Pada sistem pembumian tahanan rendah,
arus gangguan tanah dapat berkisar dari 100 A sampai sebesar arus hubung
singkat tiga fasanya. Arus sebesar ini dapat digunakan untuk metode proteksi
arus lebih. Konfigurasi dari proteksi ini ditentukan oleh besarnya setting arus
gangguan yang dipilih. Pada range arus yang rendah, rangkaian pada Gambar 3.9
(a) dan (b) dapat dipakai. Namun untuk penggunaan window CT dibatasi
oleh adanya saturasi akibat arus gangguan yang besar. Skema 3.9 (c) dapat dipakai
pada semua range arus. Rasio CT dipilih agar mampu menyediakan arus sekunder
antara 10 – 20 A pada keadaan arus gangguan maksimum. CT harus mampu
menyediakan tegangan sekunder yang cukup untuk rele tanpa mengalami saturasi
yang berlebihan.
IV. PROTEKSI GANGGUAN HUBUNG TANAH
PADA STATOR GENERATOR DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TEGANGAN HARMONISA KETIGA
1. Prinsip Kerja
Proteksi menggunakan metode tegangan
harmonisa ketiga memanfaatkan tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan secara
natural oleh semua generator. Tegangan output generator tidak merupakan
gelombang sinus murni, namun terdistorsi oleh tegangan harmonisa. Dari semua
harmonisa yang ada, terdapat harmonisa kelipatan tiga (triplen) yaitu
harmonisa ke 3, 9,15 dan seterusnya. Komponen triplen muncul dengan
besar dan urutan fasa yang sama pada tiap fasanya. Sehingga harmonisa ini tidak
saling meniadakan jika dijumlahkan disebabkan kesamaan urutan fasanya. Komponen
ini muncul pada terminal netral generator sebagai besaran urutan nol (zero
sequence quantity). Tegangan harmonisa ketiga merupakan komponen terbesar
dibandingkan tegangan harmonisa lainnya. Prinsip kerja dari metode ini adalah
berdasarkan pengukuran tegangan harmonisa ketiga yang terdapat pada netral,
terminal atau pada keduanya. Tegangan yang diukur adalah tegangan harmonisa
ketiga antara kedua titik di atas dan tanah. Tegangan harmonisa ketiga yang
dihasilkan oleh generator muncul pada kedua ujung belitan stator dan berbeda –
beda besarnya tergantung dari desain dan pembebanan generator tersebut.
Dalam kondisi normal, karakteristik
tegangan harmonisa ketiga pada belitan stator adalah seperti Gambar (4.1)
berikut:
Gambar (4.1)
Karakteristik tegangan harmonisa ketiga pada kondisi normal
Tegangan harmonisa terdistribusi
sepanjang belitan stator. Besar tegangan pada netral dan terminal generator
dipengaruhi oleh besarnya kapasitansi ke tanah pada belitan stator dan
kapasitansi sistem luar yang dekat dengan generator. Selain itu, besar tegangan
harmonisa generator juga dipengaruhi oleh pembebanan. Pada Gambar (4.1) dapat
kita lihat bahwa tegangan harmonisa pada kondisi beban penuh lebih besar
daripada tegangan harmonisa beban nol. Ketika gangguan hubung singkat ke tanah
muncul di dekat titik netral generator sinkron, tegangan harmonisa ketiga akan
naik dan bernilai sama dengan total harmonisa ketiga yang dihasilkan generator.
Sedangkan tegangan harmonisa ketiga di titik netral akan turun menjadi nol.
Tegangan harmonisa ini akan semakin besar jika semakin dekat dengan terminal
generator seperti Gambar (4.2) berikut :
Gambar 4.2
Tegangan harmonisa ketiga saat gangguan berada di titik netral
Saat gangguan terjadi di titik
terminal generator maka tegangan harmonisa ketiga di terminal turun menjadi nol
dan tegangan harmonisa ketiga di titik netral meningkat hingga sebesar total
semua tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan generator. Karakteristiknya
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3
Karakteristik tegangan harmonisa ketiga saat gangguan di titik terminal
Berdasarkan karakteristik di atas
dapat didesain tiga skema utama sistem proteksi stator generator menggunakan
metode tegangan harmonisa ketiga, yaitu skema tegangan-lebih, skema
tegangan-kurang dan skema rasio tegangan. Pembagian skema ini didasarkan pada
tempat dimana tegangan akan diukur yaitu apakah di terminal, di netral atau
pada keduanya (netral dan terminal). Ketiga skema tersebut menggunakan rele
yang disetel pada frekuensi harmonisa ketiga dan juga menggunakan rele standar
tegangan lebih yang distel pada frekuensi dasar.
a.
Metode
Proteksi Umum
Generator biasanya dibumikan melalui
transformator pembumian dengan sebuah resistor. Biasanya netral dari
transformator tegangan dibumikan secara langsung. Pada Gambar (4.4) kita lihat
terdapat sebuah rele yang diparalelkan dengan resistor. Rele ini adalah rele
tegangan lebih standar dengan frekuensi dasar (fundamental). Rele ini disetel
agar dapat memproteksi belitan stator mulai dari titik terminal sampai maksimal
5% dekat titik netral generator. Sisa 5% belitan generator yang terdekat ke
netral harus diproteksi dengan rele tegangan harmonisa ketiga.
Gambar 4.4
Proteksi gangguan tanah stator dengan rele tegangan lebih
b.
Proteksi
Menggunakan tegangan Harmonisa Ketiga
Metode Proteksi Menggunakan metode
tegangan harmonisa ketiga dapat dilakukan dengan tiga cara yang berbeda.
Perubahan besar tegangan harmonisa ketiga pada generator akibat adanya gangguan
hubung tanah stator dapat diukur di netral generator, Terminal Generator,
maupun di kedua tempat tersebut dan kemudian dibandingkan.
-
Metode
Tegangan Kurang
Metode Tegangan Kurang Pada metode
ini, kita akan mengukur tegangan harmonisa ketiga yang terdapaat pada netral.
Rangkaian proteksi metode tegangan kurang ini adalah seperti Gambar (4.5)
berikut
Gambar (4.5)
Metode Proteksi Tegangan Kurang
Dapat kita lihat bahwa rele 27H
digunakan untuk mendeteksi tegangan harmonisa ketiga (150Hz) dan rele 59GN
digunakan untuk mendeteksi tegangan yang mempunyai frekuensi dasar yaitu 50 Hz.
Kedua rele ini sama – sama mengukur tegangan di netral generator pada saat
gangguan terjadi. Rele 59GN melindungi bagian 0-95% dari belitan stator
sedangkan rele 27H melindungi 5% belitan yang terdekat ke netral. Sehingga
apabila kedua rele ini bekerja bersama - sama, akan dapat melindungi
keseluruhan belitan stator.
Rele 27H harus diatur agar tegangan pick
– up nya cukup rendah untuk menghindari bekerjanya rele pada saat keadaan
normal dimana tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan realtif rendah. Namun,
tegangan pick – up ini harus cukup tinggi agar dapatmendeteksi gangguan
yang tidak dapat dirasakan oleh rele 59GN pada saat keadaan tegangan harmonisa
ketiga maksimum.
-
Metode
Tegangan Lebih
Pada metode tegangan lebih ini, kita
akan mengukur tegangan harmonisa ketiga pada terminal generator. Rele 59T akan
mendeteksi kenaikan tegangan harmonisa ketiga di terminal saat terjadi gangguan
di dekat netral generator. Tegangan pick – up rele 59T ini harus diatur
agar lebih besar dari tegangan harmonisa ketiga saat kondisi normal. Namun
disaat yang sama harus lebih kecil dari tegangan minimum yang dihasilkan saat
terjadi gangguan dekat dengan titik netral.
Gambar (4.6)
Metode proteksi tegangan lebih
-
Metode
Rasio Tegangan
Tegangan harmonisa ketiga akan diukur
pada kedua ujung belitan, yaitu pada netral dan terminal generator. Kedua
tegangan ini akan dibandingkan dan didapatkan rasio perbandingannya.
Metode proteksi rasio tegangan ini
lebih baik dibandingkan kedua metode di atas, karena seringkali sulit dalam
menentukan setting pick – up baik pada metode tegangan kurang maupun
metode tegangan lebih. Hal ini terjadi karena adanya variasi tegangan harmonisa
ketiga saat kondisi beban yang berbeda – beda. Pada kondisi beban nol dan beban
ringan, tegangan harmonisa ketiga relatif kecil jika dibandingkan dengan saat
generator bekerja dengan beban penuh. Variasi tegangan ini dapat diatasi dengan
rasio tegangan, karena rasio tegangan harmonisa ketiga di netral dan terminal
relatif sama untuk semua kondisi pembebanan generator.
Gambar (4.7)
Metode Proteksi Rasio Tegangan
2. Tegangan Harmonisa Ketiga Generator
Untuk dapat melakukan simulasi metode
tegangan harmonisa ketiga, kita harus mengetahui terlebih rangkaian ekivalen
generator berdasarkan tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkannya. Sehingga
perlu dibuat beberapa asumsi untuk memperoleh model rangkaian yang sesuai.
Generator akan dimodelkan sebagai berikut
• Masing – masing fasa terdiri dari satu reaktansi
sinkron (Xd), transient (Xd’), dan reaktansi subtransient (X d’’).
• Kapasitansi antara belitan stator ke tanah
dimodelkan sebagai sebuah kapasitor pada tiap fasa dan terletak setelah
reaktansi.
• Tegangan harmonisa ketiga per fasa dimodelkan
sebagai E3, yaitu keseluruhan tegangan
harmonisa ketiga yang dihasilkan oleh belitan stator. Tegangan ini sama besar
dan sudut fasanya pada ketiga fasa generator.
• Bus yang menghubungkan generator dengan
transformator step – up, kapasitor surja, dan transformator step – up masing –
masing dimodelkan sebagai sebuah kapasitor karena yang berpengaruh hanya
kapasitansi ke tanahnya.
• Transformator pembumian dimodelkan
sebagai sebuah resistor RN
di netral generator.
Dari asumsi di atas, kita dapat
membuat rangkaian ekivalen generator seperti Gambar (4.8) berikut.
Gambar (4.8) Rangkaian ekivalen untuk
tegangan harmonisa generato
a.
Nilai
konstanta Generator
Untuk pemodelan dan simulasi, kita
menggunakan data generator Mitsubishi unit 7 pada PLTU Suralaya dengan data
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data name plate generator
unit 7 PLTU Suralaya
b.
Tegangan
Harmonisa Ketiga
Tegangan harmonisa ketiga pada sebuah
generator tergantung dari desain generator tersebut dan tegangan ini dapat
bervariasi, tergantung dari kondisi pembebanan generator. Untuk menganalisa
besarnya tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan oleh generator, maka kita
harus menganalisa tiga kemungkinan pembebanan yang terjadi. Yaitu beban nol,
beban ringan, dan beban penuh. Tegangan harmonisa ketiga pada saat beban ringan
merupakan tegangan minimum yang dihasilkan sedangkan tegangan harmonisa ketiga
pada kondisi beban penuh merupakan tegangan maksimum. Pada paper R. L. Schalke
(1981), disebutkan bahwa tegangan harmonisa ketiga pada saat berbeban ringan
adalah kira – kira sebesar 57% dari tegangan harmonisa beban nol, dan tegangan
harmonisa ketiga pada beban penuh adalah 200% dari tegangan harmonisa beban
nol. Kita dapat menghitung nilai tegangan harmonisa saat beban nol yaitu
sebesar :
Dan tegangan harmonisa ketiga saat
beban ringan dan beban penuh adalah :
Tabel 4.2 Tegangan harmonisa ketiga
pada berbagai kondisi pembebanan
Nilai pada Tabel (4.2) akan kita
pakai sebagai acuan besar tegangan harmonisa ketiga pada berbagai pembebanan
generator.
3.
Rangkaian Ekuivalen
Rangkaian ekivalen untuk simulasi
karakteristik tegangan harmonisa ketiga dapat kita bagi menjadi dua. Pertama,
kondisi normal (tidak ada gangguan) dan yang kedua adalah saat kondisi
gangguan.
a.
Rangkaian
Ekivalen Kondisi Normal
Rangkaian ekivalen tegangan harmonisa
ketiga dan kapasitansi ke tanah pada generator adalah seperti pada Gambar 4.9.
rangkaian ini dibuat berdasarkan beberapa penyederhanaan agar lebih mudah
menganalisanya. Penyederhanaan tersebut adalah sebagai berikut :
-
Tegangan
harmonisa ketiga terdistribusi secara merata sepanjang permukaan stator dan
besarnya tergantung kepada pembebanan generator, tegangan ini dimisalkan dengan
sebuah sumber tegangan AC yang mempunyai frekuensi 150 Hz.
-
Kapasitansi
generator terdistribusi secara merata sepanjang stator dan dimisalkan dengan
dua buah kapasitor yang dibumikan, satu terletak sebelum sumber AC dan satu
lagi terletak sesudahnya.
-
Induktansi
seri dari belitan diabaikan.
Rangkaian ekivalen untuk kondisi
tanpa gangguan berdasarkan asumsi diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar (4.9)
Rangkaian ekivalen kondisi normal
Keterangan :
E3 =
Tegangan harmonisa ketiga yang dibangkitkan
Cg =
Kapasitansi belitan stator ke tanah
Cp =
Kapasitansi dari Sistem luar dilihat dari sisi generator
Rn =
Tahanan Pembumian
b.
Rangkaian
Ekivalen Kondisi Gangguan
Rangkaian ekivalen generator pada
saat gangguan adalah seperti pada Gambar (4.10). Untuk fasa yang sehat,
rangkaian ekivalennya sama dengan Gambar (4.9). Kita melakukan beberapa
penyederhanaan untuk fasa yang mengalami gangguan dengan asumsi sebagai berikut
:
-
Tegangan
harmonisa ketiga pada fasa yang terganggu dimisalkan sebagai dua sumber
tegangan AC, yang pertama terletak antara titik netral dan titik gangguan (E3n) dan yang kedua terletak antara titik gangguan dan terminal
generator (E3t).
-
Kapasitansi
generator ke tanah dimisalkan dengan dua buah kapasitor untuk masing – masing
satu sumber tegangan AC.
-
Sumber
tegangan AC dan kapasitansi ke tanah merupakan fungsi jarak titik gangguan dari
netral.
Keterangan :
E3n dan
E3t : Tegangan harmonisa ketiga yang
dihasilkan belitan stator antara netral generator dan titik gangguan K, dan
antara titik gangguan dengan terminal generator
Cg : Kapasitansi belitan stator ke
tanah
CP : Kapasitansi dari sistem luar
dilihat dari sisi generator
Cn dan
Ct : Kapasitansi belitan stator ke tanah
antara titik netral dengan titik gangguan K, dan antara titik gangguan dengan
terminal generator
Rn : Tahanan Pembumian
Rf : tahanan gangguan
Gambar (4.10)
Rangkaian ekivalen kondisi gangguan
Parameter E3n dan E3t
adalah sebagai berikut :
Cn dan
Ct juga merupakan fungsi dari jarak
gangguan yaitu :
Dimana K adalah jarak lokasi gangguan
dari titik netral generator K = 0, 0,1 .....,1.
c.
Persamaan
Matematis
Tegangan harmonisa ketiga muncul
sebagai besaran urutan nol, sehingga untuk menganalisa distribusi tegangan
harmonisa ketiga kita perlu menganalisa rangkaian urutan nol generator.
Tegangan ini akan tersebar pada terminal dan impedansi shunt dari netral
generator berdasarkan rangkaian ekivalen urutan nol generator.
Gambar (4.11)
Rangkaian urutan nol
Pada Gambar (4.11) diketahui nilai Zg
ekivalen dengan tahanan pembumian generator yaitu sebesar 1586 Ω. Kapasitansi
sisi netral (Con) adalah setengah dari kapasitansi
total belitan stator (Xcs/2), dan kapasitansi sisi terminal (Cot) sebesar setengah kapasitansi belitan stator ditambah
kapasitansi eksternal (Xcs/2 + Ct).
Nilai Con dan Cot dapat dihitung dari konstanta generator :
Reaktansi kapasitifnya sebesar :
Dimana f3 adalah frekuensi harmonisa ketiga, yaitu sebesar 150
Hz.
Impedansi sisi netral adalah gabungan
paralel dari Xon dan 3Rn yaitu sebesar :
Distribusi tegangan harmonisa saat
kondisi tidak berbeban dapat dihitung sebagai berikut. Tegangan pada sisi
netral generator :
V0 :
tegangan harmonisa ketiga saat tidak berbeban (173 Volt). Distribusi
Distribusi tegangan harmonisa ketiga
saat generator berbeban ringan adalah : Tegangan pada sisi netral generator :
Tegangan pada sisi terminal generator
:
V0 :
tegangan harmonisa ketiga saat beban ringan (99 Volt).
Distribusi tegangan harmonisa ketiga
saat generator berbeban penuh adalah : Tegangan pada sisi netral generator :
Tegangan pada sisi terminal generator
:
V0 :
tegangan harmonisa ketiga saat beban penuh (346 Volt).
Tabel (4.3) Distribusi tegangan
harmonisa ketiga
Dari tabel distribusi tegangan
harmonisa di atas, kita dapat membandingkan nilai tegangan harmonisa di netral
dan terminal pada kondisi pembebanan tertentu. Nilai perbandingan ini kita
sebut rasio. Rasio tegangan ini yang akan dipakai pada salah satu metode yang
akan kita bahas. Persamaan (4.5) dan (4.6) menunjukkan cara menghitung rasio
tegangan.
Rasio tegangan yang kita dapat dengan
menggunakan persamaan (4.5) adalah konstan sebesar 0,68 dan dengan menggunakan
persamaan (4.6) didapat sebesar 0,46. Rasio ini konstan untuk semua jenis
pembebanan generator. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa rasio
tegangan tidak dipengaruhi oleh pembebanan generator. Setelah mendapatkan
besarnya tegangan harmonisa pada netral dan terminal, kita akan menganalisa
fasa yang mengalami hubung singkat ke tanah. Rangkaian ekivalennya dapat
dilihat pada Gambar (4.12).
Gambar (4.12)
Rangkaian ekivalen fasa yang terganggu
Pada rangkaian ekivalen di atas, kita
bagi kapasitansi belitan menjadi dua yaitu bagian ujung netral (Cn) dan ujung terminal (Ct).
Hubung singkat ke tanah kita anggap melalui tahanan gangguan (Rf). Hal ini dilakukan agar mempermudah perhitungan. Dari
rangkaian ekivalen tersebut kita mendapatkan persamaan sebagai berikut :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1.
Proteksi dengan menggunakan metode tegangan harmonisa ketiga dapat mendeteksi
gangguan pada bagian terdekat dengan titik netral.
2.
Metode proteksi yang dapat digunakan adalah metode tegangan kurang dan metode
rasio tegangan.
3.
Metode yang terbaik digunakan adalah metode rasio tegangan, karena tidak
tergantung dari tingkat pembebanan generator.
4.
Setting tegangan pick – up untuk metode tegangan kurang adalah 60 – 65
V, sedangkan untuk metode rasio tegangan adalah > 0,46.
5. Tahanan Gangguan maksimum
yang dapat dideteksi pada metode tegangan kurang adalah sebesar 100 Ohm
sedangkan pada metode rasio tegangan sebesar 10 kOhm.
V.2 Saran
1. Untuk selanjutnya, perlu dicari
tahanan kritis gangguan agar dapat ditentukan setting rele yang lebih baik. 2.
Kita dapat menggunakan metode lain dalam penentuan rasio tegangan. Rasio
tegangan yang lebih stabil dan lebih sensitif terhadap gangguan dengan
resistansi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
www.4shared.com/pengamanan-motor-listrik
www.google.com/proteksi-motor-listrik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar